1640
Gedung ini dibangun pada tahun 1640 yang pada awalnya bernama "de Oude Holandsche Kerk".
Gedung ini dibangun pada tahun 1640 yang pada awalnya bernama "de Oude Holandsche Kerk".
Pada tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama "de Nieuw Holandsche Kerk". Bangunan ini pernah hancur total akibat gempa bumi.
Kemudian gedung dijadikan museum pada tahun 1939 dengan nama "Oude Bataviasche Museum" oleh "Stichting Oud Batavia" atau Lembaga Batavia Lama.
Setelah Indonesia merdeka, tahun 1954 gedung diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia.
Gedung kemudian diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1962.
Digunakan sebagai kantor Walikota Jakarta Barat.
Kemudian pada 13 Agustus 1975, Museum Wayang diresmikan oleh Gubernur saat itu, Bapak Ali Sadikin dengan menempati gedung ini.
Dengan bertambahnya koleksi Museum Wayang, perluasan gedung Museum Wayang dilakukan atas hibah dari Bapak H. Probosutejo pada tahun 2003.
Wayang di Indonesia merupakan produk kebudayaan keraton.
Wayang pada mulanya dijadikan alat pemujaan terhadap leluhur, kemudian mengalami pergeseran nilai setelah masuknya agama Hindu di Indonesia pada sekitar abad ke-5.
Dalam perkembangannya, wayang di Indonesia kemudian menjadi sebuah tradisi sehingga mampu bertahan ditengah masyarakat pendukungnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuat museum yang didedikasikan untuk pelestarian dan perkembangan pewayangan dan pedalangan di Indonesia.
Pada 13 Agustus 1975, Museum Wayang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Bapak Ali Sadikin. Seiring perkembangan koleksi dan hibah dari Bapak H. Probosutejo, perluasan bangunan Museum Wayang dilakukan untuk menambah tata pamer koleksi agar wayang lebih dikenal oleh masyarakat.