Visi KamiMengekplorasi nilai - nilai kebaharian bangsa Indonesia dan menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa bahari.
Bangunan ini mulai dibangun oleh VOC secara bertahap mulai dari tahun 1718 hingga 1774 dan digunakan untuk menyimpan, memilah, dan mengepak rempah-rempah.
Gedung ini digunakan sebagai gudang logistic tentara Jepang.
Setelah kemerdekaan, gudang ini menjadi milik PLN dan PTT (Post Telkom and Telegram). Namun pada tahun 1972 bangunan ini sudah ditetapkan sebagai bangunan bersejarah oleh Gubernur DKI Jakarta.
Dibangun pada tahun 1839 dan berfungsi sebagai menara pengawas dan pengatur lalu-lintas kapal di Pelabuhan Batavia atau sungai Ciliwung.
Digunakan sebagai menara pengawas dan kantor Syahbandar bagi kegiatan pelabuhan dan pasar ikan. Pada masa pendudukan Jepang, kompleks ini dijadikan gudang penyimpanan logistik.
Dijadikan sebagai kantor/pos Kepolisian Penjaringan.
Bangunan Museum Bahari dan Menara Syahbandar ditetapkan sebagai bangunan bersejarah oleh Gubernur DKI Jakarta.
Tahun 1976 bangunan ini pertama kali dipugar.
Gubernur DKI Jakarta Letjen Marinir Ali Sadikin dan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Departemen Perhubungan Laksamana Muda TNI (Laut) Haryono Nimpuno bersepakat melakukan kerjasama dalam menyelenggarakan Museum Bahari di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1977 bertempat di Balai Kota Jakarta.
Museum Bahari dan Menara Syahbandar diresmikan pada tanggal 7 Juli 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta Letjen Marinir Ali Sadikin.
Museum kami terbuka untuk pemakaian sebagai berikut:
Pemakaian Plaza, Ruangan dan Taman: Rp 1.000.000/hari
Pemakaian lokasi untuk shooting film, rekaman, dan sejenisnya: Rp 1.500.000/hari
(tarif retribusi sesuai Peraturan Daerah DKI Nomor 1 Tahun 2015)
Untuk info lebih lanjut, dapat menghubungi: +6221 6693406 atau email kami di museumbahari@yahoo.com