Visi KamiMenjadikan Museum Seni Rupa dan Keramik sebagai pusat pelestarian seni rupa Indonesia dan sebagai tujuan kunjungan wisata seni dan budaya yang bertaraf Internasional.
Bangunan Cagar Budaya yang dipakai sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik pertama kali diresmikan sebagai “Raad van Justitie Binnen Het Casteel Batavia” atau kantor pengadilan Belanda oleh Gubernur Jendaral Jan Piter Mijer.
Kemudian pada masa revolusi fisik, gedung pengadilan ini di manfaatkan sebagai asrama Nederlandsche Mission Militer, sampai masa pendudukan Jepang.
Digunakan sebagai kantor Walikota Jakarta Barat.
Direnovasi dan digunakan sebagai Kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta.
Berdasarkan gagasan Wakil Presiden Adam Malik, gedung ini digunakan sebagai Balai Seni Rupa.
Bagian sayap bangunan digunakan sebagai Museum Keramik.
Balai Seni Rupa digabung dengan Museum Keramik menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik.
Lini narasi sebuah museum merupakan dasar dari informasi naratif yang disampaikan sebuah museum kepada pemirsanya. Setiap museum perlu mengkaji koleksinya kemudian menentukan lini narasi yang akan disampaikannya, sesuai koleksinya itu. Lini narasi MSRJ telah kami susun berdasarkan koleksi seni rupa dalam museum itu, sehingga ketika berkunjung ke museum itu, para pemirsanya bisa mendapat pemahaman yang komprehensif tentang aspek sejarah, seni dan budaya pameran di Museum itu.
Introduksi Sejarah Gedung
Museum Seni Rupa Jakarta menempati sebuah bangunan tua yang didirikan pada 12 Januari 1870 di area Kota Tua Jakarta, tepatnya di kompleks alun-alun kota yang sekarang dikenal sebagai Taman Fatahilah. Di kompleks ini juga terdapat Museum Sejarah Jakarta dan Museum Wayang.
Read MoreSketsa, Kota dan Perubahannya
Sketsa, Kota dan Perubahannya menyajikan irisan khusus dalam sejarah seni dalam hubungannya dengan perkembangan kota Jakarta. Bagian ini menayangkan koleksi sketsa museum yang terkumpul dari tangan para pelukis.
Read MoreAntara Revolusi dan Diplomasi
Sejak 1945 - 1950 perkumpulan seniman bermunculan untuk membantu Pemerintah merekam dan menyiarkan makna kemerdekaan. Tercatat antaranya, Seniman Indonesia Muda (S.I.M, berdiri 1946) yang berada di dalam struktur Kementerian Penerangan.
Read MoreKonflik dan Perdebatan Besar
Memasuki dasawarsa 1950-an, Indonesia terseret dalam arus Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, dua negara adidaya yang memiliki perbedaan tajam dalam hal pemerintahan, ideologi ekonomi, dan militer. Sementara sejumlah Negara memutuskan untuk tidak memihak ke salah satu dari dua negara adidaya tersebut.
Read MoreKeseharian dan kehidupan rakyat Indonesia pada periode awal kemerdekaan menjadi subjek yang kerap ditemukan pada karya-karya yang dibuat pada akhir tahun 1940 hingga awal 1960-an. Pemilihan warna yang cenderung gelap dan suram tidak hanya didorong oleh aspirasi pelukis menggambarkan keseharian yang sederhana tetapi juga terkait akses material lukis yang terbatas.
Read MoreHingga awal tahun 1960-an dominasi seni lukis dengan langgam realisme merupakan arus utama pada seni rupa Indonesia. Di saat yang sama, dibentuknya berbagai pendidikan formal seni di Jogjakarta dan Bandung memungkinkan pendekatan teori-teori estetika menjadi referensi pembelajaran seni yang sebelumnya tidak terlalu dominan dalam pendidikan sanggar.
Read MoreTahun 1966 merupakan tahun peralihan kekuasaan di Indonesia. Lukisan Sudjojono “maka lahirlah Angkatan 66” menggambarkan suasana demonstrasi mahasiswa yang menuntut pemerintah atas kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang memburuk.
Read MoreSaat seni lukis abstrak menjadi semakin dominan ditahun 1970-an, seni rupa Indonesia juga menunjukkan ragam kecenderungan artistik. Seni rupa abstrak dapat berkembang berdasarkan ungkapan emosi sertakan merekam kondisi jiwa dari seniman kemudian dikenal dengan lirisisme.
Read MorePasca tragedi politik 1965, Indonesia memasuki era baru yang dikenal dengan istilah Orde Baru (1966-1998). Periode ini dikenal sebagai era depolitisasi seni yang ditandai dengan kemenangan paham humanis universal; perayaan atas kebebasan ekspresi individual; keinginan menjalin hubungan internasional dalam seni secara lebih luas; yang sebelumnya diberangus Pemerintah Sukarno.
Read MoreLukisan kaca telah lama dikenal dalam khazanah seni Indonesia. Secara historis, lukis kaca berkembang mulai abad ke-16. Lukisan ini dianggap sebagai lukisan rakyat yang populer untuk hadiah Natal di Eropa. Lukis kaca telah berkembang lebih dulu daripada lukisan cat minyak di kanvas.
Read MoreMuseum kami terbuka untuk pemakaian sebagai berikut:
Pemakaian Plaza, Ruangan dan Taman: Rp 1.000.000/hari
Pemakaian lokasi untuk shooting film, rekaman, dan sejenisnya: Rp 1.500.000/hari
Pemakaian ruang serbaguna museum: Rp 1.000.000/8 jam
(tarif retribusi sesuai Peraturan Daerah DKI Nomor 1 Tahun 2015)
Ruangan yang bisa disewa:
Auditorium/Ruang Pamer Temporer
Teras dan Plaza depan Museum
Untuk info lebih lanjut, dapat menghubungi: +6221 6907062 atau email kami di museum_seni@yahoo.co.id